Internet Park

Sejak Dinas Pertamanan dipimpin seorang wanita, Surabaya ibarat seorang gadis yang sedang mekar-mekarnya, kesenangannya akan bersolek seakan sedang mendambakan seseorang yang diinginkan. Itulah keadaan Surabaya sekarang ini dimana-mana tersebar taman-taman yang hijau dan rindang, tidak hanya sekedar taman dengan berbagai macam bunga, tetapi beberapa fasilitas bermain untuk anak juga tersedia bahkan yang lebih hebatnya dengan kerjasama dengan PT. Telkom, taman-taman tersebut dilengkapi dengan teknologi internet wireless. Sungguh suatu ide yang sangat cemerlang dan patut menjadi contoh bagi daerah lain disaat semua daerah berusaha membebaskan lahannya untuk pembangunan mall, perumahan mewah maupun apartemen. Surabaya justru memperbanyak daerah-daerah hijau disetiap sudut kota. “SURABAYA SMART CITY” memang pantas disandang Surabaya dengan berbagai taman dengan fasilitas internet wirelessnya, namun akan lebih smart lagi kalau disetiap sudut kota ini juga terdapat smart-smart lainnya. Smart pejabatnya , smart masyarakatnya, smart pemerintahnya.

Bravo Surabaya

PKL

Keadaan Indonesia yang belum terlepas dari krisis ekonomi membuat Negara ini tidak mampu berbuat apa-apa terhadap rakyatnya. Pengangguran yang semakin meningkat dan terbatasnya lowongan pekerjaan membuat rakyat harus memutar otak untuk dapat bertahan hidup, dan salah satunya adalah menjadi PKL. Dilema sebagai kota besar seperti Surabaya menjadi tujuan urbanisasi adalah sesuatu yang wajar ketika pembangunan tidak merata hanya ditujukan dikota-kota sedang daerah tidak tersentuh sama sekali. Dan hukum berjualanpun juga akan berlaku seperti ada gula ada semut, dimana satu tempat ramai dengan masyarakat maka tumbuhlah PKL-PKL.

Bicara mengenai PKL memang tidak ada habisnya. Berita-berita tentang pengusuran PKL sangat marak di beberapa media. Memang melihat PKL tidak bisa hanya dari kacamata pemerintah saja tapi juga dari kacamata masyarakat, dan harusnya pemerintah juga bijkasana dalam menangani PKL, disaat ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan buat rakyatnya seharusnya keberadaan PKL patut didukung dan diarahkan, bukan malah dipungli atau digusur. Karena selama ini yang terjadi adalah ketika para PKL mulai bermunculan maka pungutan ini itu akan berlaku.

Satu hal mungkin yang bisa dilakukan Pemkot Surabaya adalah :

1. Membuat sentra-sentra PKL di seluruh Kecamatan di Surabaya.
2. Melakukan pendataan dan pembinaan seluruh PKL yang ada di Surabaya.
3. Menerbitkan ijin berjualan sesuai dengan sentra dimana PKL nanti berada.
4. Memberi sanksi mulai dari teguran, denda sampai dengan kurungan terhadap para PKL yang berjualan diluar sentra-sentra PKL.
5. Menindak pelaku pungli baik itu pegawai Pemkod sendiri ataupun pihak lain.

Memang tidak gampang untuk membuat semua ini, perlu ketegasan dan pembinaan yang nyata terhadap kekeliruan yang telah terjadi. Himbauan dan pemberitahuan terhadap masyarakat juga perlu dilakukan agar masyarakat tahu keberadaan sentra-sentra PKL di seluruh Surabaya.

Kedepan tidak terjadi lagi terdengar pengusuran PKL, tidak ada lagi jerit tangis rakyat, karena hak hidup setiap warga negara  jelas-jelas dijamin oleh negara seperti yang tertulis dalam UUD 45.  Sebagai pelaksana negara harusnya pemkot adil dalam setiap menangani masalah, untuk urusan PKL, Pemkot dengan Satpol PPnya bak malaikat pencabut nyawa yang turun dari angkasa siap untuk memporak porandakan lapak-lapak PKL,  giliran pembangunan City Blok di bundaran waru yang jelas2 menyalahi aturan semua jajaran pemkot terdiam. Kalau bicara aturan harusnya Pemkot tidak memilih mana yang harus ditindak. Tidak peduli itu rakyat kecil, orang kaya, pengusaha kecil, maupun besar, kalau salah ya harus tetap ditindak.

Salam

Busway

Rencana Pemkot Surabaya melaksanakan program busway memang patut mendapat dukungan semua elemen masyarakat Surabaya maupun institusi. Banyak keuntungan yang akan didapat ketika sebuah kota besar menerapkan transportasi berbasis masal, karena akan mengurangi kepadatan jalan dan polusi. Tetapi penerapan busway tanpa dibarengi dengan riset yang tepat dan cermat tentunya akan menjadi masalah baru.

Patut diperhatikan dalam hal ini adalah :

• Nasib para sopir angkutan, karena dengan busway akan terjadi pengurangan tenaga kerja sopir.
• Kondisi jalan yang ada sekarang, kebanyakan jalan-jalan di Surabaya sangat tidak memadai untuk dibagi dengan jalur busway, karena terlalu sempit dan ini akan membuat permasalahan baru juga.
• Berkaca pada Jakarta yang lebih dulu mengimplementasikan busway, harusnya Pemkot Surabaya tidak gegabah dalam mengambil keputusan ini, karena selama ini ciri khas pejabat-pejabat kita setiap ada kebijakan baru kesannya adalah kebijakan yang dipaksakan.
• Dari semua proyek-proyek yang ada endingnya adalah uang rakyat yang dikorupsi.

Harusnya Pemkod Surabaya mengandeng beberapa institusi baik itu dari Kepolisian, Universitas, Pakar Tata Kota, Pakar Transportasi dll supaya program busway benar-benar bisa dinikmati masyarakat dan tidak ada satupun yang harus dikorbankan karena kebijakan tersebut.

Paradigma lama yang patut dirubah oleh pemerintah kita adalah dari proyek —-> ke masyarakat, menjadi dari masyarakat—->ke proyek.

Salam